Selasa, 17 Oktober 2017

Hari Wisuda Itu, Akhirnya Datang


Wisuda tahun kelulusan 2017 sudah dilaksanakan 2 kali di kampus gue, pertama tanggal 9 september, dan yang kedua tanggal 14 oktober kemarin. Melihat senyum gembira dan bangga teman seperjuangan dari semester awal yang sudah melangsungkan wisudanya bikin gue ikut bahagia dan sedih secara bersamaan. Gue bahagia melihat satu-persatu teman gue akhirnya bisa wisuda, bisa membuat orang tua mereka bangga hadir dalam acara wisuda. Tapi gue juga sedih, sangat sedih kenapa gue gak bisa ikut mereka wisuda bareng.

Ketika teman gue sekarang sudah banyak dapat kerjaan baru, memulai kehidupan baru, gue masih stuck di dalam kamar kost yang sudah lama bahkan gak gue ingat kapan terakhir kali gue bersihkan, sampah, debu, sarang laba-laba menumpuk dimana-mana. Gue bahkan gak tau harus bagaimana lagi dengan nasib skripsi gue yang terkatung-katung tanpa kejelasan, terlalu kenyang akan janji manis dosen pembimbing.

Padahal jika dipikir secara rasional, gue skripsi sudah selesai seminar proposal, yang mana tinggal penelitian, olah data, ambil kesimpulan, selesai, udah gitu doang. Tapi kenyataannya gak semudah itu men, gue masih disibukkan dengan urusan bimbingan yang belum selesai, bolak-balik perpustakaan yang setiap kali tanpa hasil, bahkan gue nyari referensi buat skripsi gue di pascasarjana yang hasilnya juga sama, referensi yang due dapet masih kurang lengkap. Entah karena judul yang gue ambil ini terlalu sulit, atau emang gue aja yang tidak bisa memahami ini. Referensi yang ada di kampus gue hanya ada 3 judul skripsi, dan 1 tesis. Dan itu sama sekali tidak membantu, buku juga tidak banyak membantu.

“just because you take longer than others, doesn’t mean you failed”

Hanya kata-kata itu yang bikin gue selalu bersemangat untuk tetap berusaha menyelesaikan kuliah ini semampu gue. Untuk mengisi waktu luang, gue menyibukkan diri dengan nulis buku yang harapannya suatu saat bisa terbit, gambar vector, juga rutin baca quote agar gue kuat menghadapi pertanyaan kurang ajar yang sudah mulai sering ditanyakan. “KAPAN LULUS?”. Mulai dari orang tua tiap hari sms nanyain kabar kuliah, saudara di group whatsapp yang kalau nanya frontal gak ketulungan, pacar yang mulai was-was, teman seperjuangan juga nanya. Walaupun pertanyaan kurang ajar itu sangat nyebelin, tapi ketika gue jawab “tar sore kalo perut gak sakit”, mereka masih bisa memaklumi dan sedikit memberi saran, memberi semangat.

Candaan “kapan lulus?” gue kira pas jadi maba dulu emang lucu, dan bagi gue mahasiswa tua yang merasa sakit hatinya akibat pertanyaan itu cuma akting belaka. Bahkan banyak di sosial media yang selalu saja post “kapan lulus?”. Tetapi saat gue yang ngalami, ternyata perih men, apa yang mereka alami terjadi juga pada gue saat ini. Gue jadi tahu bagaimana rasa sakitnya yang selama ini dirasakan jutaan mahasiswa yang telat lulus. So, please stop this shit guys, isn’t funny at all!.

Selain pertanyaan “kapan lulus?” yang sudah bikin sakit hati, ternyata ada pernyataan yang lebih menyakitkan. Pernyataan yang keluar dari mulut orang baru lulus. Jadi beberapa hari yang lalu ada orang yang baru wisuda, dengan bangganya dia bilang “kuliah itu ya harus lulus cepat, IPK harus tinggi juga”. Pernyataan tersebut memang benar untuk sebagian kalangan, tetapi bagi gue enggak, gue punya pernyataan lain.

“Kuliah itu bukan sekedar mengejar agar cepat lulus, atau bersaing mengejar IPK paling tinggi. Kuliah itu bagaimana diri kita bisa menjalaninya dengan penuh tanggung jawab dan raih versi terbaik menurut diri kita sendiri”

Entah mau lulus cepet, entah mau bersaing untuk dapat IKP tinggi, itu terserah pada masing-masing diri kalian sendiri. Jangan sesekali menyamaratakan setiap pemikiran orang dengan versimu sendiri. Yang terpenting adalah bagaimana kalian bisa bertanggung jawab atas semua hal yang telah kalian jalani saat kuliah. Tanggung jawab atas nilai masing-masing mata kuliah, atas keaslian hasil karya, dan atas IPK yang kita dapat.



Dody Soerja

Minggu, 12 Maret 2017

Soerja?




Nama gue Dody Soerja, untuk saat ini gue masih menyandang predikat sebagai mahasiswa tua, ya gue udah memasuki semester 9 dan masih ada beberapa tanggungan mata kuliah yang belum kelar. Gue kira kuliah itu gampang, cuma nongkrong di taman, pacaran, banyak cewek cantik pake rok mini, tapi semua itu cuma ada di TV. Buat mahasiswa semester tua gini, entah kenapa menemukan niat untuk mengerjakan skripsi itu luar biasa sulitnya.

Gue adalah orang yang pelupa, kisah hidup pun banyak yang gak gue ingat, hari ulang tahun orang terdekat gak pernah ingat, nama temen sering lupa, bahkan gue pernah lupa sudah ganti kancut apa belum. Kekurangan itulah yang buat gue jadi pengen nulis, seenggaknya missal nanti gue punya anak, gue bisa bercerita tentang gimana masa muda ayahnya yang bisa dia banggakan.

Walaupun dengan susah payah, gue mencoba untuk mengingat hal yang menarik yang pernah gue alami, gue mencoba untuk tetap menulis. Gue punya prinsip bahwa “dengan menulis, gue bisa menunjukkan kalo gue pernah hidup di dunia ini”. Walapun sekarang hanya sekedar menulis di blog, suatu saat nanti gue harus nulis sebuah buku.



Dody Soerja